RAKOR KADER KESEHATAN KALURAHAN UMBULREJO

Mas Carik 29 Februari 2024 13:10:07 WIB

Kehamilan Risiko Tinggi, Ini Penyebab dan Gejalanya

Umbulrejo ( Sida ) Kamis 29 Februari 2024 Kader Kesehatan Kalurahan Umbulrejo dan Tenaga Kesehatan dari Puskesmas 1 Ponjong bertempat di Balai Padukuhan Wirik membahas tentang Seputar Kehamilan Risiko Tinggi, Setiap ibu tentu mengharapkan kehamilan yang sehat dan dapat berjalan dengan lancar hingga melahirkan. Namun, ada kalanya kehamilan justru berisiko membahayakan kesehatan ibu hamil maupun janin, karena kondisi-kondisi tertentu. Lantas, apa penyebab dan bahaya serta bagaimana cara menangani kehamilan berisiko tinggi?

Untuk mengetahui kehamilan yang berisiko tinggi secara lengkap, Anda dapat menyimak ulasan berikut ini sampai tuntas.

Apa itu Kehamilan Berisiko Tinggi?

 Kehamilan berisiko tinggi adalah kehamilan yang cenderung berpotensi mengganggu kesehatan dan membahayakan keselamatan ibu hamil, janin, ataupun keduanya. Sebetulnya, semua kehamilan memang memiliki risiko tersendiri. Namun, terdapat beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kehamilan menjadi lebih berisiko, misalnya ibu yang mengidap penyakit bawaan atau memiliki riwayat kehamilan yang bermasalah sebelumnya.

Komplikasi dari kehamilan berisiko tinggi tersebut dapat terjadi mulai dari janin masih berada di dalam kandungan, selama proses persalinan, hingga masa nifas. Kendati demikian, memiliki kehamilan yang berisiko tinggi bukan berarti ibu dan janin sudah pasti akan mengalami gangguan kesehatan. Hanya saja, ibu perlu menjalani perawatan dan berada di bawah pengawasan ekstra guna mengantisipasi terjadinya komplikasi kehamilan.

Penyebab Kehamilan Berisiko Tinggi

 Terdapat sejumlah kondisi yang dapat membuat kehamilan dianggap berisiko tinggi, di antaranya sebagai berikut.

 

  1. Usia Ibu

 Secara umum, kehamilan dikategorikan berisiko tinggi apabila ibu hamil berusia di atas 35 tahun. Kondisi ini dikenal dengan istilah kehamilan geriatri (hamil usia tua). Pasalnya, kehamilan geriatri dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, persalinan macet, kelahiran prematur, hingga keguguran.

Selain itu, wanita yang hamil di bawah usia 17 tahun juga lebih berisiko mengalami komplikasi kehamilan, seperti maternal anemia, infeksi pada kehamilan, tekanan darah tinggi, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena pada usia yang masih muda tersebut, sistem reproduksi masih belum matang sepenuhnya sehingga belum mampu untuk mendukung kehamilan.

  1. 2. Riwayat Penyakit Ibu

 

Gangguan kesehatan yang dialami ibu sebelum hamil juga dapat berpotensi menyebabkan kehamilan berisiko tinggi. Adapun beberapa gangguan kesehatan tersebut adalah:

Gangguan atau kelainan darah, seperti anemia sel sabit, talasemia, dan hemofilia.

Hipertensi.

Gangguan autoimun, seperti penyakit lupus.

Penyakit tiroid, seperti hipertiroidisme dan hipotiroidisme. 

Diabetes.

Obesitas, yang meningkatkan risiko terjadinya diabetes gestasional dan makrosomia janin.

Berat badan ibu yang rendah, yaitu di bawah 45 kilogram. 

HIV/AIDS.

Mengalami depresi.

  1. Gaya Hidup

 Ibu hamil yang memiliki kebiasaan tidak sehat, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi kehamilan, di antaranya adalah kelahiran prematur, kelainan kongenital pada bayi, serta keguguran. Selain itu, risiko ini juga dapat meningkat pada ibu hamil yang sering terpapar asap rokok (perokok pasif).

  1. Riwayat Kehamilan

Bila memiliki riwayat kehamilan yang bermasalah sebelumnya, seperti perdarahan saat hamil atau kelahiran prematur, maka kondisi tersebut mungkin akan terjadi kembali atau berdampak negatif pada kehamilan berikutnya. Misalnya, riwayat kelahiran prematur sebelumnya dapat memicu terjadinya gangguan pernapasan pada bayi serta berat badan lahir rendah (BBLR).

Gejala Kehamilan Berisiko Tinggi

Adapun sejumlah gejala dan tanda yang dapat menjadi indikasi dari kehamilan berisiko tinggi adalah sebagai berikut.

Perdarahan pada vagina.

Keluarnya cairan keputihan yang berbau tidak sedap secara berlebihan dari vagina.

Merasa gerakan janin menurun atau bahkan hilang.

Sensasi nyeri dan terbakar saat buang air kecil.

Gangguan penglihatan, misalnya seperti pandangan kabur.

Jantung berdebar-debar.

Sesak napas.

 

Nyeri dada.

Demam tinggi, hingga melebihi 38 derajat Celcius.

Kelelahan ekstrem.

Wajah, tangan, atau jari-jari tangan terlihat membengkak dan berwarna kemerahan.

Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau janin di dalam kandungan.

Bahaya Kehamilan Berisiko Tinggi

Apabila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, kehamilan berisiko tinggi dapat memicu terjadinya sejumlah komplikasi kehamilan yang bisa memengaruhi kesehatan dan membahayakan keselamatan ibu maupun janin. Adapun sejumlah komplikasi kehamilan yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut:

Preeklamsia, yaitu kondisi ketika terdapat peningkatan tekanan darah ibu hamil  disertai dengan adanya kadar protein berlebih di dalam urine, yang terjadi saat usia kehamilan sudah di atas 20 minggu. Kondisi ini berisiko menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

Eklamsia, yaitu salah satu komplikasi lanjutan dari preeklamsia yang dapat membuat ibu mengalami kejang-kejang hingga koma dan dapat terjadi baik sebelum, saat, ataupun setelah proses persalinan.

Perdarahan hebat saat hamil. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil hingga berisiko mengancam nyawa ibu dan janin.

Cacat lahir pada bayi.

Perkembangan janin terhambat (PJT).

Hal yang Harus Dilakukan Jika Memiliki Kehamilan Berisiko Tinggi

Langkah awal yang perlu dilakukan jika memiliki kehamilan dengan risiko tinggi adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan secara rutin. Dengan begitu, dokter dapat memantau perkembangan kondisi ibu hamil dan janin secara berkala guna meminimalkan dan mengantisipasi risiko gangguan kesehatan.

Selain itu, sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan ketika memiliki kehamilan berisiko tinggi adalah:

Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, termasuk meningkatkan asupan asam folat sebelum dan selama kehamilan.

Aktif bergerak dengan rutin melakukan olahraga ringan.

Mengelola stres sebaik mungkin.

Menghindari pola hidup tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengonsumsi kafein secara berlebihan.

 

Melakukan tes kromosom guna mengetahui risiko kelainan kongenital pada bayi.

Cara Mencegah Kehamilan Berisiko Tinggi

Pada dasarnya, kehamilan berisiko tinggi dapat dicegah dengan menjaga kesehatan ibu hamil sebaik mungkin. Adapun sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko komplikasi kehamilan adalah sebagai berikut:

Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang untuk ibu hamil.

Mengonsumsi asam folat sesuai anjuran dokter sejak 3 bulan sebelum hamil guna meminimalkan risiko gangguan perkembangan pada janin, terutama cacat tabung saraf.

Melengkapi imunisasi guna meminimalkan risiko penyakit infeksi tertentu, seperti infeksi tetanus yang berisiko mengganggu kesehatan ibu hamil dan janin.

Rutin berolahraga. Namun, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu guna mengetahui jenis dan frekuensi olahraga yang tepat sesuai dengan kondisi ibu hamil.

Tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok.

Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan berkafein secara berlebihan.

Mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter.

Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Dikutip dari beberapa artikel Kesehatan/ bps

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung